Bungkam Suara by J.S. Khairen
Sebuah novel yang fresh banget di daftar bacaan karena genre dan temanya. Bikin gue selesai baca ini sakit kepala wkwkwk. Tapi dijamin seru dan daging, sih! Dibukanya aja udah mantap banget, pake quote dari Jakob Oetama, Pendiri Kompas Gramedia,"kita tidak butuh orang pintar. Kita butuh orang jujur."
Negara Kesatuan Adat Lawaknesia (NAKAL)
Bareng Jujur Timur kita diajak untuk melihat satu peristiwa spesial di Negara Kesatuan Adat Lemunesia alias NKAL yang sering diplesetkan warganya jadi Negara Kesatuan Adat Lawaknesia (NAKAL). Hari bebas bicara. Di mana seluruh warga bisa bebas mengungkapkan apa saja tanpa takut dihukum. Tujuannya pasti mulia, dong. Biar para pelaku kejahatan mendapat hukuman dan korban bisa dapat keadilan. Itu niatnya. Tapi praktiknya nggak semudah membalik halaman buku digital. Hari tersebut malah jadi ajang saling lempar fitnah dan penyebaran hoax.
Timmyโpanggilannya Jujur Timurโ awalnya hidup doi baik-baik aja, baik banget malah, berubah terjungkal bahkan terkucilkan saat sang ayah menjadi tumbal kesalahan yang tak diperbuat. Semua mata menatap tajam dan hina keluarganya.
Saat Timmy sudah putus asa dengan hidupnya yang sekarang dan memutuskan untuk pergi ke Dunia Luar bersama sang kekasih, ia justru menemukan bukti kuat bahwa ayahnya tidak bersalah. Saat hari bebas bicaralah ia dapat mengungkapnya.
Apakah Timmy akan berhasil? Oh, tentu! Tapi yang loe harus tahu adalah gimana jalannya. Gimana Timmyโjuga pembaca, yaitu gueโ terkejut sama behind the scene fenomena-fenomena dunia maya yang disajikan. Semua orang bisa menjadi durian busuk!
Banyaknya tokoh dengan segala kepentingan dan karakter mereka bikin seru tebak-tebak siapa villain sebenarnya. Nggak kalah sama plot twist drakor! Dengan nuansa sci-fi dan distopia yang kental novel ini ngasih sensasi belajar ilmu politik yang berbeda. Di mana kita diajak untuk nggak gitu aja percaya sama yang terpampang di media. Nggak asal ngeiyain semua yang lewat fyp kita, nggak asal ikut -ikut dukung dan menggangap baik hal-hal yang viral dan masif dikampanyekan.
Timmyโpanggilannya Jujur Timurโ awalnya hidup doi baik-baik aja, baik banget malah, berubah terjungkal bahkan terkucilkan saat sang ayah menjadi tumbal kesalahan yang tak diperbuat. Semua mata menatap tajam dan hina keluarganya.
Saat Timmy sudah putus asa dengan hidupnya yang sekarang dan memutuskan untuk pergi ke Dunia Luar bersama sang kekasih, ia justru menemukan bukti kuat bahwa ayahnya tidak bersalah. Saat hari bebas bicaralah ia dapat mengungkapnya.
Apakah Timmy akan berhasil? Oh, tentu! Tapi yang loe harus tahu adalah gimana jalannya. Gimana Timmyโjuga pembaca, yaitu gueโ terkejut sama behind the scene fenomena-fenomena dunia maya yang disajikan. Semua orang bisa menjadi durian busuk!
Banyaknya tokoh dengan segala kepentingan dan karakter mereka bikin seru tebak-tebak siapa villain sebenarnya. Nggak kalah sama plot twist drakor! Dengan nuansa sci-fi dan distopia yang kental novel ini ngasih sensasi belajar ilmu politik yang berbeda. Di mana kita diajak untuk nggak gitu aja percaya sama yang terpampang di media. Nggak asal ngeiyain semua yang lewat fyp kita, nggak asal ikut -ikut dukung dan menggangap baik hal-hal yang viral dan masif dikampanyekan.
Bagian-Bagian Favorit
"Sama seperti upahmu itu. Kau kira saya tak tahu kalau kau mencuri punya orang lain? Kau kira saya tak tahu kalaupun dikurangi dengan curianmu itu, kau tetap mengangkat lebih banyak? Saya tahu, Jujur Timur. Kau tahu, Ibumu mengangkat lebih sedikit. Namun upahnya sama denganmu. Anggap saja tak ada tambahan upah untukmu adalah tambahan upah untuk Ibumu."
Mata Timmy membesar. Ia tak sadar selama ini. Air mukanya berubah malu, menatap Ibu sebentar, lalu merunduk.
(Bagian ini gue ikut terhura hohoho. Karena dari awal kisah mencoba untuk mengikuti emosi juga karakternya Si Timmy. Tapi pas bagian dia malu, gue ketawa hahaha)
"Jujur, oh Jujur. Namamu itu seharusnya bukan Jujur, tapi Polos. Ini era propaganda terkomputasi. Pikiran kita, pikiran orang-orang, mudah sekali dicuci. Buat pemberitaan secara terprogram, bayar buzzer, bikin berita judul aneh-aneh, bikin gerakan-gerakan, kampanye moral, propaganda, itu semua sudah umum. Kita sering membahas ini di seminar dan kuliah kuliah umum. Rakyat diadu dengan rakyat, dengan aparat, dengan semua pihak. Berdarah-darah, caci maki, demi uang, kedudukan atau bahkan sekadar pamor. Kau tidak sekali dua kali melihat selebriti mencari sensasi, bukan? itu hanya contoh kecilnya, Jujur."
(kaget part 1. Ternyata banyak sisi Prof. Terang yang belum Timmy tahu, walaupun udah kenal lama)
Timmy benar-benar bingung kali ini. Dia merasa sangat bodoh. Siapa yang benar dari semua rekayasa ini? Kenapa semua terkesan berpusat padanya. Kenapa semua terkesan tak ada yang dapat dipercaya?
Harus percaya Prof. Terang? Kenapa Prof. Terang tak juga menyelamatkan Ayah Tinmy? Harus percaya Raja Wiranagara? Selama ini narasi yang Timmy terima Kerajaan lah yang jahat.
(kaget part 2. Ikut ngerasa bingung, bodoh, sekaligus salut sama taktik kerajaan)
...... Namun di detik terakhir, Timmy akhirnya malah memunculkan wajahnya sendiri.
"Se... selamat malam warga NKAL," ujar Timmy gemetar. Ia menggeleng tipis, berusaha menahan tangis.
"Sa... saya, saya mungkin warga biasa. Saya tak peduli negara ini mau tetap berdiri, tetap berjalan oleh pemimpin yang mana, ta... tapi... lihatlah. Kalian bisa simpulkan sendiri." Timmy terbatuk. "Suara kita semua dibungkam selama ini. Sekalinya dibebaskan, rupanya, rupanya membuat kita saling memusnahkan."
"Ma... mau sampai kapan? Saya, saya hanya ingin hidup dengan baik-baik saja."
(di bagian mau ending, setuju banget sih sama Timmy. Nggak kehitung rasanya berapa orang yang udah jadi korban ketamakan penguasa. Padalah mereka cuma orang biasa yang mau hidup biasa-biasa aja.)
"Tujuan ekonomi dan sumber daya alam adalah alasan paling sering mereka berperang. Menjadi kontradiksi, bukan? Pergi perang itu butuh biaya. Maka supaya hemat, mereka kirimlah bantuan untuk negara lain. Mereka yakinkan, mereka adu domba, agar negara lain itulah yang pergi menyerang negara yang ingin mereka lumpuhkan."
Taly membuka gadgetnya. Memperlihatkan peta dunia luar, rekaman video peperangan. "Ini dua negara sama-sama bernama Korea. Orang-orangnya sama, bahasa mereka sama, yang mereka makan sama, budaya mereka sama. Tapi mereka berperang satu sama lain, keduanya dibantu dua kekuatan Dunia Luar yang berbeda. Ini juga, namanya Vietnam. Kasusnya mirip-mirip. Ada lagi Afghanistan. Syria. Ada banyak kejadian seperti ini di Dunia Luar."
(Bagian ini gue ikut terhura hohoho. Karena dari awal kisah mencoba untuk mengikuti emosi juga karakternya Si Timmy. Tapi pas bagian dia malu, gue ketawa hahaha)
"Jujur, oh Jujur. Namamu itu seharusnya bukan Jujur, tapi Polos. Ini era propaganda terkomputasi. Pikiran kita, pikiran orang-orang, mudah sekali dicuci. Buat pemberitaan secara terprogram, bayar buzzer, bikin berita judul aneh-aneh, bikin gerakan-gerakan, kampanye moral, propaganda, itu semua sudah umum. Kita sering membahas ini di seminar dan kuliah kuliah umum. Rakyat diadu dengan rakyat, dengan aparat, dengan semua pihak. Berdarah-darah, caci maki, demi uang, kedudukan atau bahkan sekadar pamor. Kau tidak sekali dua kali melihat selebriti mencari sensasi, bukan? itu hanya contoh kecilnya, Jujur."
(kaget part 1. Ternyata banyak sisi Prof. Terang yang belum Timmy tahu, walaupun udah kenal lama)
Timmy benar-benar bingung kali ini. Dia merasa sangat bodoh. Siapa yang benar dari semua rekayasa ini? Kenapa semua terkesan berpusat padanya. Kenapa semua terkesan tak ada yang dapat dipercaya?
Harus percaya Prof. Terang? Kenapa Prof. Terang tak juga menyelamatkan Ayah Tinmy? Harus percaya Raja Wiranagara? Selama ini narasi yang Timmy terima Kerajaan lah yang jahat.
(kaget part 2. Ikut ngerasa bingung, bodoh, sekaligus salut sama taktik kerajaan)
...... Namun di detik terakhir, Timmy akhirnya malah memunculkan wajahnya sendiri.
"Se... selamat malam warga NKAL," ujar Timmy gemetar. Ia menggeleng tipis, berusaha menahan tangis.
"Sa... saya, saya mungkin warga biasa. Saya tak peduli negara ini mau tetap berdiri, tetap berjalan oleh pemimpin yang mana, ta... tapi... lihatlah. Kalian bisa simpulkan sendiri." Timmy terbatuk. "Suara kita semua dibungkam selama ini. Sekalinya dibebaskan, rupanya, rupanya membuat kita saling memusnahkan."
"Ma... mau sampai kapan? Saya, saya hanya ingin hidup dengan baik-baik saja."
(di bagian mau ending, setuju banget sih sama Timmy. Nggak kehitung rasanya berapa orang yang udah jadi korban ketamakan penguasa. Padalah mereka cuma orang biasa yang mau hidup biasa-biasa aja.)
"Tujuan ekonomi dan sumber daya alam adalah alasan paling sering mereka berperang. Menjadi kontradiksi, bukan? Pergi perang itu butuh biaya. Maka supaya hemat, mereka kirimlah bantuan untuk negara lain. Mereka yakinkan, mereka adu domba, agar negara lain itulah yang pergi menyerang negara yang ingin mereka lumpuhkan."
Taly membuka gadgetnya. Memperlihatkan peta dunia luar, rekaman video peperangan. "Ini dua negara sama-sama bernama Korea. Orang-orangnya sama, bahasa mereka sama, yang mereka makan sama, budaya mereka sama. Tapi mereka berperang satu sama lain, keduanya dibantu dua kekuatan Dunia Luar yang berbeda. Ini juga, namanya Vietnam. Kasusnya mirip-mirip. Ada lagi Afghanistan. Syria. Ada banyak kejadian seperti ini di Dunia Luar."
(percakapannya Timmy-Taly nggak mungkin nggak masuk list favorit sih, sangat main bowling cuuy!)
Berderet-deret judul berita yang siap dilempar. Mulai dari berita besar, biasa saja, sampai yang remeh-temeh. Yang remeh-temeh itu untuk memecah konsentrasi masyarakat. Meski kasusnya remeh temeh, beberapa di antaranya akan membuat negara heboh.
Di situlah Timmy baru menyadari, ternyata perseteruan Julitawati dan Karen Selebritis hanyalah salah satu kasus remeh-temeh yang dibuat-buat.
Berderet-deret judul berita yang siap dilempar. Mulai dari berita besar, biasa saja, sampai yang remeh-temeh. Yang remeh-temeh itu untuk memecah konsentrasi masyarakat. Meski kasusnya remeh temeh, beberapa di antaranya akan membuat negara heboh.
Di situlah Timmy baru menyadari, ternyata perseteruan Julitawati dan Karen Selebritis hanyalah salah satu kasus remeh-temeh yang dibuat-buat.
(ini nih, yang nggak kalah bikin tercengang dan komen, "gila!" dan jadi inget agenda setting)
Garang Sasono mengacungkan jempolnya pada Fredo. Kini ia menagih pekerjaan Dutak yang lain.
"Memang sepertinya Raja dan Pemangku Adat kita juga hanya dua boneka. Ada satu tangan tak tampak. Dan berikut orang-orang paling mungkin."
Dutak memunculkan beberapa wajah.
Garang Sasono mengernyit.
"Tak ada data mereka di NKAL?" Tanya Garang Sasono sang juragan durian.
Dutak menggeleng. "Karena mereka memang orang Dunia Luar. Mafia, pemimpin politik, orang-orang di belakang panggung .........."
"Memang sepertinya Raja dan Pemangku Adat kita juga hanya dua boneka. Ada satu tangan tak tampak. Dan berikut orang-orang paling mungkin."
Dutak memunculkan beberapa wajah.
Garang Sasono mengernyit.
"Tak ada data mereka di NKAL?" Tanya Garang Sasono sang juragan durian.
Dutak menggeleng. "Karena mereka memang orang Dunia Luar. Mafia, pemimpin politik, orang-orang di belakang panggung .........."
(Yuhuuuuw.. ending yang sangat epic!)
Keunikan Lainnya Novel Ini
๐ Contoh kasus yang diangkat berasa dekat, karena emang kejadian. Kayak persoalan jus mangga dan respon-respon netizen. Dari yang pro, kontra, netral, sampai nggak nyambung konteks.
๐ Kecanggihan NKAL dong, di mana udah bisa transfer dengan nempelin gadget aja, mobil terbang, kresek kedap sinyal dll
๐ Nama-nama kementerian yang lawak abis: Kementerian Ketenagakerjaan, Kesehatan, dan Sosial (KENASIAL); Kementerian Teknologi dan Gaung Digital (KETELGATAL); Kementerian Pendidikan, Dekorasi, dan Kemajuan Kerajaan (PENDEKKEKAR); Kementerian Pembangunan, Pekerjaan Umum, Rumah, dan Jalan (PEMPEKMAHAL); Kementerian Seluruh Ekosistem, Selat, Laut, dan Hutan (KESELEKSETAN); Kementerian Nafkah Rakyat, Bisnis Negara, dan Ekonomi Investasi (NABRAKBIS EKSTASI); Kementerian Ketangguhan Republik dan Urusan Omnibus (KENTANGREBUS)
๐ Alur waktu yang dibuat cepat, sejak tiga hari sebelum Hari Bebas Bicara hingga keesokannya.
๐ Bagian akhir novel yang menggunakan kertas berwarna hitam. Kira-kira loe udah tahu belum maksudnya biar apa?-- gue udah tahu, sih..๐
Yep, novel satu ini akan jadi bacaan yang asik banget buat loe yang tertarik dengan politik, apalagi kalo pernah ikut kelas ilpol, pernah baca buku Shiftingnya Prof. Rhenald, atau nonton dokumenter Social Dillema.
Quotes dalam bukunya cocok parah menjelang tahun politik kayak sekarang ini. Jangan lagi deh kita yang rugi banyak. Jangan mudah merespon hal-hal yang nggak penting-penting amat dan berakhir jadi tim sumbu pendek. Capek.
Salam MARKONAH!
Quotes dalam bukunya cocok parah menjelang tahun politik kayak sekarang ini. Jangan lagi deh kita yang rugi banyak. Jangan mudah merespon hal-hal yang nggak penting-penting amat dan berakhir jadi tim sumbu pendek. Capek.
Salam MARKONAH!
Komentar
Posting Komentar