Masa ujian di pesantren adalah saat klimaks bagi para santri. Karena di sanalah ajang evaluasi dan pembuktian atas apa yang dia pelajari selama satu semester.
Di pesantren gue, ujian dalam satu semester terbagi menjadi dua. Ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Yang mesti kalian tahu adalah semua ujian pondok itu esai, gak ada yang pilihan ganda. Jadi kalo loe belajar, pasti Insya Allah kejawab semua. Tapi kalo loe gak belajar, yaaa wasalam. Belajar di sini maksud gue bukan cuma SKS ya, sistem kebut semalam tapi juga perhatian saat guru nerangin di kelas dan nyatet apa yang guru tulis.
Ujian tengah semester biasanya berlangsung selama seminggu. Sedangkan ujian akhir semester berlangsung lebih lama. Dan bisa dipastikan kalo selama masa ujian ini semua santri pegang buku dan menghafal. Semua kegiatan yang mengganggu santri dari belajar mempersiapkan ujian diberhentikan. Karena kyai ingin semua santri fokus ujian. Sebelum ujian dimulai kegiatan penutupan diadakan. Kayak penutupan ekskul, muhadatsah (latihan percakapan bahasa asing), muhadhoroh (pidato), sampai riyadhoh (olahraga).
Then, buat ujian semesternya terbagi jadi 3 bagian selama kurang lebih sebulan. Al-qur'an, ujian lisan, dan ujian tulis.
Ujian Al-qur'an berlangsung di minggu pertama. Yang dinilai adalah kelancaran baca, makhorijul huruf, tajwid, dan hafalan surat. Pas jaman gue kemaren kelas tsanawiyyah bagiannya adalah juz 30. Jadi dibagi-bagi lagi kelas 1 sampe surat apa... kelas dua sampe mana... dan kelas 3 berakhir di surat an-naba. Terus kelas 4 alias kelas 1 Aliyah surat-surat pilihan kayak Yasin, Al-mulk, Ar-rahman, Al-waqi'ah. Kelas 5 setengah juz 1 Al-baqaroh dan setengah juznya lagi di kelas 6.
Di minggu kedua. Kita masuk ujian lisan atau bahasa arabnya -paling sering kita pakai- ujian syafahi. Ujian syafahi ini kebagi jadi tiga materi. Ibadah, bahasa arab, dan bahasa inggris. Biasanya santri dibagi menjadi beberapa kelompok ujian dengan penguji yang berbeda-beda untuk tiap materi. Dan waktu ujiannya pun berselang. Sehari ujian, sehari rehat. Rehat untuk mempersiapkan diri pastinya bukan untuk bersantai ria.. hehehe. Untuk bahasa arab dan bahasa inggris pokok materinya adalah talking, reading, speaking, translating, vocabularies dan tata bahasa (grammar untuk inggris dan nahwu-shorof untuk arab). Di bagian ibadah materi yang diujikan adalah tata cara sholat, doa-doa, dzikir-dzikir, tahlil, dan baca kitab kuning. Di ujian ini kalo kita gak bisa jawab biasanya sang penguji akan nyuruh kita keluar untuk nyari jawaban, her/perbaikan, atau enggak dua-duanya alias your chance is only once. Huuuuu
Di minggu ke tiga dan empat itulah waktu ujian tahriri alias ujian tulis. Ujian ini emang paling lama. Karena pelajaran kita emang banyak. Terutama di kelas 4, yang seharinya bisa 3 pelajaran atau bahkan 4. Paling sedikit pelajarannya dan bisa sehari 1 pelajaran, ya itu kelas satu aja. Ujian tahriri ini berasa setahun hahaha.. kenapa? Soalnya waktu orang-orang udah pada kelar ujian dan liburan semester 1 di akhir bulan Desember, kita mah, masih ujian. Dan emang sengaja pesantren bikin sistem kayak gitu. Biar kita gak ikut merayakan tahun baru dengan kegiatan yang sia-sia. Semua ujian tahriri ini bentuknya esai. Untuk soal gak terlalu banyak paling 10. Atau bahkan 4. Hahaha cuma bercabang! Glekk! Gue sendiri pernah ngalamin di kertas soalnya emang cuma 3 atau 6, cuma dalam satu nomor 2 sampai 4 pertanyaan, enak gak tuh?! Enak buat yang bisa jawab, yang gak bisa? Nyontek.. wkwkwk tapi jangan coba-coba deh, buat nyontek. Soalnya di pondok kalo nyontek hukumannya gak enak. Kertas loe diambil, disobek. Disuruh kerjain di lapangan. Dijemur. Disuruh lari keliling pondok pake plank sambil bawa-bawa piala. Bahkan yang paling fatal, loe bisa gak naik kelas! Tapi ya, kalo gak ketahuan loe aman-aman aja. Cuma gue termasuk yang ngamalin salah satu nasehat ustadz yang pernah bilang 'kalo ente gak bisa jawab, yaudah biarin aja. Diem.' Gitu. Hehehe. Soalnya waktu gue coba-coba nyontek tuh, ada-ada aja. Entah temennya juga gak tahu. Entah jawaban yang dikasih temen tuh, gue rasa salah, dan emang bener bukan yang itu jawabannya. Entah ustadz/ustaszah yang ngawas killer. Entah temen gue itu gak denger. Bikin males. Pede aja, lah. Toh lebih bangga dengan hasil sendiri, ketimbang bagus tapi hasil nyontek, kan? Tapi gak bunuh diri juga sih, ujian tanpa persiapan.
Oiya, hal lain yang mesti kalian tahu adalah sebelum bisa ikut serangkaian ujian tersebut kita harus lolos babak pemeriksaan buku atau lebih sering kita nyebutnya taftisyul kutub. Kelengkapan kitab dan catatan adalah syarat untuk bisa lulus babak ini. Apalagi buat ikut ujian semester terakhir di kelas 6 atau kelas 3 Aliyah. Buku kita kudu lengkap, gak cuma buku kelas 6-nya aja. Tapi dari kelas 1! Dan ini gak bisa dianggap enteng. Makanya taftisy kutub kelas 6 ini cukup bikin deg-degan. Hehe. Biasanya buku-buku anak kelas 6 ini disampul rapih dan bagus. Juga dilengkapi sama lebel nama, alamat dan motto mereka.
A little bit of last examination di kelas enam ini agak beda sama ujian semester 2 kelas-kelas sebelumnya. Lebih menantang. Karena kelas enam ini ada ujian praktek mengajar atau kita lebih sering nyebutnya amaliyatut tadris. Setiap anak kelas 6 memilih salah satu mata pelajaran yang akan mereka ajarkan di depan kelas. Di depan adek-adek kelas. Pelajaran yang boleh dipilih adalah pelajaran anak Tsanawiyah. Anak-anak kelas 6 dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberikan masing-masing musrif/musyrifah (pembimbing). Tugas selanjutnya adalah membuat i'dad. I'dad itu semacam rencana mengajar. Apa aja yang bakal kita lakuin di kelas. Semuanya ditulis. Mulai dari kita masuk kelas, apa yang kita tulis di papan tulis, sampai kita selesai dan murid-murid keluar kelas. Dan rasanya ujian amaliyah tadris itu bener-bener menakutkan! Soalnya nguji banget. Kepercayan diri nomer satu itu. Selanjutnya adalah kerajinan kita, keaktifan kita buat menghubungi musyrif juga ustadz/ustadzah yang bersangkutan dengan pelajaran yang kita ambil, kepiawaian kita dalam menyusun i'dad, kerajinan berlatih dan penguasaan kelas. Bener-bener panas-dingin pas berdiri depan kelas, nerangin materi, teman-teman sekelompok dan musyrif merhatiin yang nantinya mereka kasih penilaian. Dan belom lagi keadaan kelas yang gak terduga. But over all, setelah amaliyyah itu malah nagih.. ckckck. Beneran itu adalah pengakuan temen-temen gue. Termasuk orang yang pendiem dan kurang pede buat tampil di depan banyak orang.
Di kelas enam ini juga 2 juz Al-qur'an jadi syarat wajib buat lulus. Juz 1 dan juz 30. Disetor secara sempurna. Untuk ujian Qur'an ini biasa disebut munaqosyah. Dan untuk munaqosyah serta amaliyah ada yang jadi pembuka alias perdana. Tampil di depan seluruh warga pondok. Keduanya dinilai langsung oleh mudirul ma'had (pengasuh pesantren).
Di pesantren kita juga, alhamdulillah bisa bikin ujian negara sendiri. Gak mesti nebeng sama instansi lain. Jadi bisa dapet ijazah juga. Alhamdulillah, di tahun gue dan temen-temen jadi pengurus, kita bisa memberi sumbangsih mengubah akreditasi MA pesantren yang udah 2 kali dilakuin hasilnya B menjadi akreditasi A.
Komentar
Posting Komentar