A-yo, assalamualaikum!
Welcome back to my blog...Udah lama nggak post, alhamdulillah bisa continue juga 😅. Kemarin sempat pindah nulisnya dari blog pribadi ke blog toko buku nomor wahid Indonesia ceritanya. huehehe *ehh gda yg nyariin juga sih yaa..
So, di kesempatan ini gue mau share review buku yang baru aja gue selesaiin baca. Buku terakhir dari trilogi perjalanannya Alif Fikri. Yap, trilogi Negeri 5 Menara. Buku keduanya berjudul Ranah 3 warna, tapi mohon maaf gue nggak baca bukunya 🥲 cuma gue nonton filmnya, it is a good movie if you want to watch a movie this weekend. Dan yang terakhir ini, Rantau 1 Muara. Yaaa gegara abis nonton filmnya jadi kepantik gtu buat tahu kelanjutan atau akhir dari kisah Alif ini. Kalo yang pertamanya gue baca juga nonton filmya 😄
Sedikit flashsale.. lhaa dagang 😌 flashback deh, di mana buku pertama yaitu, Negeri 5 Menara menceritakan awal perjalanan Alif merantau belajar di Pondok Madani. Kemudian di buku kedua menceritakan kelanjutan perjalanan Alif yang sudah di bangku kuliah. Dan yak, di buku ketiga Alif lulus kuliah dan harus siap tempur di dunia kerja juga mencari pendamping hidup.
Di awal-awal cerita kita disuguhkan realita yang relate dengan kehidupan para graduated. Gimana challengingnya buat nyari kerja, mau pilih yang mana di antara banyak pilihan yang ada, mau nerusin passion atau nggak, bahkan pengalaman terlilit hutang. Ditambah latar waktu saat itu adalah tahun 1998, yang sama-sama kita tahu krismon menyapa negeri ini dan memberi dampak yang tidak main-main.
Namun bukan Negeri 5 Menara kalau Alif menyerah, bukan? Setelah deeptalk sama dirinya sendiri sehabis ngobrol—yang tentunya bukan sekadar ngobrol dengan Randai, akhirnya Alif memilih jalan untuk menjadi jurnalis dan merantau ke ibukota.
Alif diterima bekerja sebagai jurnalis di majalah Derap. Sebuah media yang Independen dan berpegang teguh pada kode etik jurnalistik. Buat kamu yang sudah mengikuti Alif dari awal, atau suka dengan dunia jurnalistik, atau hanya sekadar kepo, kisah Alif di buku terakhir ini worth it buat kamu ikuti.
Membaca buku ini serasa mengobati rindu dan menambah pengetahuan baru tentang media yang berpihak pada kebenaran. Bukan media yang mudah dibeli dan suka menyebar hoax, apalagi yang sukanya bikin klickbait.. hadeeeuh 🌝
Seperti yang diharapkan, buku ini memuat banyak kejadian yang mengandung pesan moral juga menggelitik yang akan menerbitkan senyum di wajah kamu, jadi bosan akut tidak menyapa. Mulai dari Alif yang stres disamperin debt collector, jadi doktor yang tinggal di kantor, telat rapat karena kesemsem anak baru, masuk kamar mayat, perjuangan buat lanjut S2 jalur beasiswa, lobi-lobi camer biar dapat restu, sampai kepekaan Alif soal keinginan amak menyala. 🌻
Seperti yang diharapkan, buku ini memuat banyak kejadian yang mengandung pesan moral juga menggelitik yang akan menerbitkan senyum di wajah kamu, jadi bosan akut tidak menyapa. Mulai dari Alif yang stres disamperin debt collector, jadi doktor yang tinggal di kantor, telat rapat karena kesemsem anak baru, masuk kamar mayat, perjuangan buat lanjut S2 jalur beasiswa, lobi-lobi camer biar dapat restu, sampai kepekaan Alif soal keinginan amak menyala. 🌻
Dan seperti biasa, jangan lupa nikmati karya tulisnya di jalan legal ya, kawan-kawan. Bisa beli atau pinjam bukunya. Kayak gue yg pinjem buku ini di perpus Jakarta Cikini :D. Gue nggak tahu apakah ada versi e-booknya atau nggak. See you again, salam literasi.
Komentar
Posting Komentar