Lagi-lagi Monas

Lagi-lagi Monas

Rabu kemarin, tepatnya 31 Juli 2019, gue berkunjung ke Monas. Yap, Monumen Nasional yang berada di Jakarta Pusat. Buat masyarakat Indonesia, terutama Jakarta pastinya udah gak asing banget sama lokasi satu ini. Begitu juga dengan gue. Pas SD gue pernah ke sana bareng ayah-ibu, terus pas Aliyah jadi tour guide-nya temen-temen gue yang dari luar Jakarta, dan ya, mampir-mampir aja gitu, di tamannya Monas.

Hari itu yang membuat gue ke sana adalah karena ada pertunjukkan hologram. Gue tahu info itu dari instagram. Awalnya mau di hari Jumat sebelumnya. Terus mundur jadi Minggu. Eh gak jadi. Senin kan, Monas libur. Jadinya, di hari terakhir pertunjukkan itu. Gue naik busway ke sana. Sebelumnya gue ke kampus dulu buat wawancara. Sampai di Monas, gue beli cilok. Laper. hahaha. Lanjut masuk, gue langsung ke pintu masuk loket Monas. 

Ternyata oh ternyata. Memang murmer sekali wisata di Jakarta yang dikelola pemerintah. Buat masuk ke Monas tanpa naik ke cawannya untuk anak-anak kena Rp 2.000, mahasiswa Rp 3.000, dan dewasa Rp 5.000. Dan entah dimulai sejak kapan, untuk berkunjung ke museum-museum harus pake Jakcard. Semacam kayak kartu KRL. Digunainnya buat masuk ke museum, kebun binatang, dan bisa juga buat naik transjakarta. Dikenakan harga Rp 35.000, berisi saldo Rp 20.000. Agak kaget. berarti gue harus bayar lebih mahal, dongg... yaudahlah. Masa gak jadi, udah jauh-jauh? Kartu tersebut kalo misalnya kita berkunjung rame-rame, bisa dipakai rame-rame. Dengan catatan, selama saldonya ada, yaa.. hehe. Cerdas juga pemerintah kita. Mungkin ini ada kaitannya dengan program yang apa deh namanya, yang tanpa uang cash itu..

Lanjut masuk menuju tapping gate, terowongan Monas sekarang makin cakep. Estetikanya naik, dengan interior lampu yang bikin jadi warm gitu. Terus masuk abis tapping, gue naik ke atas dan masuk ke ruang museum. Sampai di ruang museum, pertunjukkan hologram masih berlangsung ternyata. Sisaan. Akhir-akhir. Gue emang ngincer yang jam 15.00, dan sekarang jam 14.00. masih ada waktu satu jam lagi. Gue mutusin buat liat-liat diorama sejarah Indonesia dari masa ke masa. Dari jaman prasejarah sampai masa setelah kemerdekaan. 

Dan akhirnya satu jam berlalu, pertunjukkan hologram, akan dimulai. Layarnya panjang ke bawah. Eh berarti tinggi, ya..? Begitu deh.. Memutar sejarah perkembangan kota jakarta dari masa ke masa selama 25 menit. Sejak awal dihuni oleh manusia, jaman prasejarah, jaman penjajahan, dan setelah proklamasi sampai tahun 2000-an. Buat gue secara teknis, masih kurang pertunjukkannya. But, at least bikin gue seneng dan menarik dalam memaparkan sejarah Jakarta dengan singkat. 

Dan sisi lainnya adalah gue merasa excited, pas liat diorama-diorama yang ada di sana, khususnya pas masa-masa penjajahan. Padahal bukan kali pertama. Lebih bergetar. Apa ya..? Ngena gitu. Dapet feel-nya. Rasa nasionalis gue tuh kayak naik level. wkwkwk. Level paling atas, deh. Karena sikonnya beda, kali, ya. Gue udah lebih tertarik dengan sejarah bangsa ini. Dan pengetahuan gue juga lebih banyak ketimbang dulu pas kesini sebelumnya. Jadi lebih connect aja, gitu. Ada kejadian lucu, pas gue liat-liat diorama. Gue sempet barengan sama anak-anak turis asing. Mereka berwajah Timur Tengah dan berbahasa arab. Salah satunya anak kecilnya bilang sambil nunjuk-nunjuk diorama, "mafii ro'es.. mafii ro'es.." ekspresinya takut-takut sambil nyengir ketawa dan yang lainnya juga ikut-ikut pasang ekspresi yang sama. Lucu, kan? hahaha.. katanya, "gak ada kepalanya.. gak ada kepalanya.."

Merefleksi keadaan bangsa kita sekarang tuh, jadi miris. Betapa banyak yang udah dikorbanin sama para pendahulu kita, penduduk Indonesia yang jadi romusha, ditembak mati, diasingin, dirampas hak-hak kemanusiaannya. Berjuang di medan perang atau pun meja perundingan demi jadi nih, yang namanya Indonesia. Terus sama orang-orang yang katanya pintar dan paling menjiwai Pancasila, mereka malah menghancurkan negeri sendiri. Dari hal-hal kecil kayak nipu, ngerusak fasilitas umum, sampai kelas kakap malingin duit rakyat, terlalu keren kalo dibilang koruptor.. maling aja! Yang paling parah menurut gue adalah membuat kita jadi perang saudara cuma gegara materi. Kan parah!? Makanya jadi cerdas tuh, mesti banget. Dan wajib banget jadi orang beriman. Gak takut apa ya, tuh, orang-orang jahat pas hari pembalasan nanti? Yang jadi saksi seluruh rakyat Indonesia. hahaha.. Kan horror!

Di bulan Agustus ini, bulan dimana bangsa kita lahir, memproklamirkan kemerdekaannya. Semoga gak cuma umurnya aja yang bertambah, tapi juga kewibawaannya, kesejahteraannya. Semoga karya anak-anak bangsa bisa lebih diapresiasi oleh masyarakatnya. Dan masyarakat kita bisa berpikir kritis dalam menyikapi segala fenomena yang akhir-akhir ini cuma tebar sensasi tanpa ada esensi.
aamiin

Komentar