Pada Sabtu malam setelah sholat maghrib, seluruh santri melakukan kegiatan rutin, yaitu membaca tahlil bersama pengurus kamar di kamar masing-masing. Begitu pun aku bersama teman-teman satu kamar. Namun siapa sangka tahlilan kali ini berbeda dan tak terlupakan. Aku ingat Sabtu itu tanggal 29 Maret 2013.
Ketika pembacaan tahlil akan dimulai, kak Yusuf-pengurus kamar- memberikan sebuah pertanyaan, “siapa yg ingin memimpin tahlil kali ini?”.
Pertanyaan itu dijawab ramai oleh acungan tangan seluruh anggota kamar, saking semangatnya ingin memimpin tahlil. Maklumlah teman-teman sekamarku berjiwa pejuang '45, jadi suka over gitu, ckckck. Sampai bingung kak Yusuf mau pilih yang mana. Finally, dipilihlah Syaki Abdul Syukur sebagai pemimpin tahlil kali itu. Dan dimulailah pembacaan tahlil. Seluruh santri anak kamar-kami sih, lebih suka menyebutnya apartement- ini membaca tahlil serempak dan tenang. Tawasul, kalimat-kalimat dzikir, serta doa pun dibacakan.
Setelah tahlil, biasanya adalah acara pengumuman-kalo ada- dari kakak pengurus mengenai kebersihan kamar, kerapihan, kedisiplinan, dan lainnya. Salah satu kakak pengurus bertanya, ”siapa yg kanis (piket membersihkan kamar) hari ini?”.
Mengacung tanganlah aku dan teman-teman yang bertugas hari itu. “Sekarang yang kanis semuanya baris di depan kamar!” Aba-aba kakak pengurus. Kamipun berbaris di depan kamar. Kakak pengurus mengatakan bahwa hari ini kamarnya kotor. Meskipun kami sudah melaksanakan kanis, tapi keadaan kamar masih kotor. Karenanya, kami dihukum cepak depan kamar. Kakak-kakak pengurus kamar kami memang sangat disiplin jika masalah kebersihan. Meskipun dihukum, aku tidak keberatan. Karena kami memang salah.
Selesai dihukum kami pun kembali ke kamar dan berkumpul bersama teman-teman. Kemudian, tiba-tiba kakak ranting-pengurus kamar- mengumumkan bahwa uang kas kamar kami hilang. Seketika semua warga kamar terkejut. Akupun kaget dan bingung kenapa bisa hilang. Kami merasa tidak nyaman karena takut akan dihukum rame-rame. Entah dicepak atau di sabet bareng-bareng. Hal yang lebih mengejutkanku lagi adalah tiba-tiba aku disuruh maju ke depan di samping kakak ranting dan dia bilang, “ente maling, ya!?”.
Seketika aku takut dan bingung, karena aku gak bersalah tapi dibuat seolah-olah aku bersalah. Disebut-sebut maling lagi. Belum pernah aku. Gak terima dong, ”ana bukan maling, ka! Ana gak pernah maling!”. Udah bilang kayak gitu, tetap saja aku didesak sebagai tersangka dan diminta mengaku. Bahkan, sampai-sampai aku mau diajak berantem sama kakak rantingnya.
Nambah bingung kan, tuh. Sampai akhirnya kakak ranting itu angkat suara. "Maling ente, Mi. Maling hati kite.. ckckck". Mencuri hati mereka dengan kerajinanku dalam membersihkan kamar. Bukan maling uang seperti yang mereka bilang di awal tadi.
Aku jadi senang juga terharu dikerjain gini. Selama 3 tahun mondok baru ini soalnya. Mau dikasih apresiasi aja segala dituduh dulu sebagai maling atau apalah....
Memang aku rajin membersihkan kamar ckckck..-pede banget ya?- Dibanding yang lain. Bolehlah aku berbangga. Menurutku bersih itu bukan sekedar untuk membersihkan kamar, tapi untuk mengamalkan sebuah hadist Rasul SAW, “kebersihan sebagian dari iman”, dan aku juga suka kebersihan. Dari situ aku mulai bersih-bersih kamar tanpa disuruh oleh pengurus kamar terlebih dahulu. Mungkin dari sini aku mendapatkan motivasi. Yang ternyata kakak ranting perhatikan. Hehehehe. Kalo sama manusia aja kebaikan kita diapresiasi, apalagi sama Allah yang always stand by mengawasi kita. Just do your best.
With peace,
Fahmi Gojali
Fahmi Gojali
Komentar
Posting Komentar