Assalamu alaykum wa rohmatullahi wa barokaatuh ☺
In this chance i want to share the story of my friend. Pengalaman dia atau kesan dia dari perjalanan mondoknya. Hope you enjoy it, Check this out!
Banyak
orang berpikiran dan berkata, “Mau jadi apa kalau kita masuk pesantren?
Bukankah kalau kita masuk Pesantren hanya belajar kitab kuning dan tidak
diajarkan ilmu-ilmu yang sesuai dengan zaman modern?”
Menurut
saya ini adalah pernyataan orang yang memandang dari satu sisi. Alhamdulillah,
dengan izin Allah SWT, saya telah menjalani kurang lebih 5 tahun 6 bulan di
Pondok Pesantren Modern Perpaduan Daarul Mughni Al-Maaliki. Namun, apakah di
pondok ini saya hanya belajar kitab kuning? Jawabannya ialah tidak.
Saya tidak hanya diajarkan kitab kuning di
pondok ini. Melainkan, saya juga diajarkan pelajaran-pelajaran yang sesuai
dengan Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah yang juga memiliki ijazah dari
Departemen agama.
Dan
yang harus kita tahu, di pondok ini khususnya, kami diajarkan berorganisasi
yang dipimpin oleh pengurus pelajar yang dijabat oleh santri kelas 5. Semenjak
kelas satu pun, kami diajarkan bagaimana caranya berbicara di depan khalayak
ramai yang mungkin tidak diajarkan di sekolah-sekolah biasa. Ini merupakan
pelatihan mental dan keberanian dan tidak diukur dari kepintaran seseorang.
Terlebih lagi apabila kita pintar juga memiliki mental yang kuat.
Di kelas 2
Tsanawiyah, saya pernah menjadi MC (Pembawa Acara) di acara Bagian Bahasa yang
mana saya dituntut harus membawakan acaranya dengan berbahasa Arab ataupun
Inggris. Di kelas yang sama pun saya memberanikan diri maju untuk menjadi MC
pada saat Acara Haflah (Upacara) bersama pengasuh pondok, yaitu Bapak KH.
Mustopa Mughni, MA. Alhamdulillah ini merupakan bekal pribadi saya dalam
pembentukkan mental.
Dan
pengalaman terbesar saya ialah ketika saya dan teman-teman diamanahkan menjadi
Pengurus Pelajar (Permadana) Masa Khidmat 2016-2017. Banyak sekali rintangan
dan halangan yang kami hadapi. Namun jika kita menjalaninya dengan ikhlas dan karena
Allah SWT, insya Allah semua yang berat terasa ringan. Alhamdulillah, pada masa
ini, saya dan teman teman berhasil melanjutkan estafet acara besar pondok,
yaitu dengan terlaksananya Festival Marawis antar Pelajar se-Bogor Timur dengan
tujuan mempererat tali silaturahim antar pelajar. Dan dalam acara ini, kami
sebagai Pengurus tidak meminta dana sepeserpun kepada Bapak Kyai dan terkumpulah
dana kurang lebih Rp.16.000.000 dari keuangan keorganisasian kami. Dan Alhamdulillah
pada sambutan Pak Kyai, Beliau menambahkan uang sebesar Rp.5.000.000,- sebagai
hadiah yang diapresiasikan kepada kami. Dan yang terakhir kami sebagai Pengurus
dapat memberikan cindera mata sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Pesantren
saat Laporan Pertanggung Jawaban pengurus, yaitu uang sebesar Rp. 31.000.000
dan kepada pengurus selanjutnya uang sebesar Rp.5.000.000 untuk melanjutkan
pembutan majalah pesantren.
Mungkin
inilah kurang lebihnya pengalaman yang saya dapatkan dari Pondok Pesantren Daarul
Mughni. Hal yang terpenting yang saya rasakan ialah Hal yang diajarkan di dalam
lingkungan pesantren itu belum tentu ada di luar pesantren, khususnya
ialah pembentukkan mental dan karakter pribadi masing-masing dan bagaimana
menyikapi sikap terhadap teman yang berbeda latar belakang (suku).
Dengan
karunia izin Allah dan kemuliaan Rasul-Nya-lah saya dapat menuangkan tentang
pengalaman saya di Pondok Pesantren Daarul Mughni ini.
“Latihlah keberanian untuk tampil dan bergerak dan Janganlah sekali-kali
memiliki rasa takut salah untuk melakukan kemajuan walaupun hanya satu langkah.
KARENA ORANG YANG TAKUT SALAH ITU DALAM KESALAHAN.”
KARENA ORANG YANG TAKUT SALAH ITU DALAM KESALAHAN.”
“Jadilah seseorang di mata Allah, walaupun kita bukan siapa-siapa di
mata manusia.”
Yap, itu cerita dari kawan kita, Wais Alqorni. Siapa bilang pesantren ngaji kitab aja? Banyak banget hal-hal yang didapat, kayak yang tadi diceritakan. Mondok itu keren!
Komentar
Posting Komentar