Tahan

Dua anak kelas 5 SD sedang berjalan pulang di bawah teriknya mentari.

"No, kamu kenapa sih, dari tadi lihatin jam tangan mulu? Kamu gak merhatiin aku ngomong, ya?" Rayi merasa tak diacuhkan oleh Nino. Karena sejak mereka berjalan pandangan Nino lebih banyak tertuju ke pergelangan tangannya.
"Aku perhatiin, kok. Kan, ngedenger itu pake telinga. Kalo aku ngedengerin kamu pake mata terus kesandung, gimana?" Nino mendekatkan wajahnya ke Rayi dengan mata melotot.
"Biasa aja, kali!" Rayi menjauhkan tubuh Nino dari sisinya.
"O ya, jawab pertanyaanku tadi, dong!"
Nino tersenyum menyembulkan gigi kelincinya sebagai jawaban.

"Dooor!!" Tiba-tiba muncul sosok kawan karib mereka dari balik belokan dengan menggenggam seplastik es kelapa segar lalu menghisap cairan dingin di dalamnya.
"Nikmat." Ujar Asta sambil mengusap-usap tenggorokannya.
Nino ikut mengusap tenggorokannya, lalu berujar, "a... Asta, pokoknya, kalo aku batal, gara-gara kamu!" Dan berjalan duluan meninggalkan teman-temannya.
"Nino kenapa sih, Ray?"
"Sekarang hari Senin, ya?"
Asta mengangguk. Rayi mencoba mengingat sesuatu.
"Memang kenapa?"
"Itu loh, kamu tahu kan, ayahnya Nino seorang ustadz? Jadi dia lagi diajari untuk puasa Senin-Kamis, mulai dari Minggu kemarin. Pantas aja, matanya dari sepulang sekolah tadi lihatnya ke jam tangan mulu!"
"Ou, seperti itu. Pantas dia marah-marah. Pasti dia hampir tergoda dengan es kelapaku ini. Hahaha."
"Bagi dong!" Kata Rayi lalu menyedot es yang di genggam Asta itu.

Komentar