Orang Kuat

Di Senin ceria itu gue berjalan semangat menuju kelas. Kelas 12 IPS 1 dengan seragam putih-putih lengkap sama atribut lainnya. Semangat karena gue bakalan ketemu lagi sama temen-temen yang sebentar lagi gak akan bisa sering-sering ketemu.

Tinggal beberapa langkah lagi menuju tempat duduk gue di baris ke dua dari meja guru, gue dapati dua orang yang duduk di belakang gue. Orang ter-up date di kelas ini, hehehe. Lebih tepatnya terlalu up date cause eveything mereka bahas. Everything mereka omongin. Nirmala dan Uzly. Terlihat dari ekspresi wajah mereka kalau mereka lagi ngebahas hal serius, nih. Yang pasti bukan ngebahas soal  memajukan sektor maritim Indonesia atau pun cara menanggulangi pembalakan liar.

"Ih, tapi bener deh, itu gak berdarah. Kuat baget!" Seru Uzly waktu gue mendekat ke meja mereka dan menaruh tas lalu duduk.
"Wei, pagi-pagi udah rame aja!" Komen gue.
Keduanya nyengir.
"Iya Ta, kita lagi bahas manusia kuat." Sahut Nirmala
"Udah kayak judul lagu aja, manusia kuat."
"Iya sih, kecakepan. Orang kuat, lebih bagus." Uzly angkat suara.
"Terus kenapa tuh, emang orang kuat, ada apa?"
"Si Uzly kemaren abis jalan gitu, terus liat pertunjukkan orang gitu. Yang apa tuh, suka nunjukkin kebolehannya kalo dibacok, dibeset, gak berdarah gitu."
"Banyak amat gitunya." Komen Uzly.
"Keren tahu, Ta. Gak sakit, gak berdarah, gak kenapa-napa!"
"Keren apa yang dilakuinnya atau muka orangnya, nih?" Goda gue.
"Muka pelakunya juga keren, sih! Eh, kok loe bisa tahu?"
"Kan loe mah, biasanya gitu. Cakep dikit mukanya, ya, cakep aja apa yang dia lakuin."
"Huss... Novita kalo ngomong, suka bener!" Uzly nyengir.
"Tapi gue rada kurang setuju sama dia kali ini, Ta."
"Kenapa emang, bukannya kalian kompak banget?!" Tanya gue ke Mala.
"Tapi buat sekarang, enggak dulu."
"Ih-ih, kok Mala gitu?!"
"Gak apa-apa dong, kan gue juga belom kasih pendapat dari tadi."
"Kalian jangan berantem! Kita harus bisa menghargai pendapat orang lain. Apalagi kalo berseberangan sama kIta." Gue menengahi.
"Apa yang loe bahas tadi tuh, udah biasa, tahu! Kan dari dulu juga udah banyak. Malah di bis-bis, di angkot, orang-orang suka bikin pertunjukkan kayak gitu."
"Iya sih, pas kecil gue juga pernah lihat, tuh!" Kata gue ngedukung argumen Mala.


Uzly dari rona-rona mukanya mulai ngambek karena gak ada yang dukung dia.
"Eh Ly, ngomong-ngomong penampilan orang kuat yang loe lihat, gimana?"
"Eum.. begitu." Uzly jutek ngejawab pertanyaan gue.
"Begitu, gimana?"
"Ya, begitu. Pake baju. Pake celana." Jawab Uzly lagi masih jutek.
"Yakin nih, gak mau di spesifikasi lagi? Yang tadi loe bilang keren, yang tadi loe bilang cakep. Orang kuat, loh!" Mala coba membujuk.
"Loe coba-coba rayu gue. Oke, deh."


Asyik, si Uzly terbujuk!
"Yang kemaren gue liat tuh, ya, selain mukanya yang handsome, cool-cool gimana gitu, penampilannya juga enak dilihat. Dia juga pake-pake aksesoris gitu."
"Oh, ya? Apa aja?"
"Kalung, cincin, eum.. apa lagi, ya?" Uzly berpikir.
"Terus apa lagi tuh, yang dia lakuin?" Gue tanya lagi.
"Bacok-bacok badan dia. Dan lain-lain, deh. Tapi gak berdarah, gak luka, gak berbekas." Cerita Uzly antusias.
"Abis itu juga ada orang yang coba-coba kayak dia." Tambahnya.
"Terus gimana, tuh?" Gue dan Mala kompak.
"Ya, gak apa-apa. Kan, dipakein kalung sama si orang kuatnya."
"Itu berarti kalung bukan sembarang kalung!" Seru Mala.
"Iya, itu azimat." Kata gue.
"Azimat?"
"Jimat. Jimat loh, Ly."
"Yang apa tuh, benda yang dianggap punya kekuatan. Yang bisa jagain pemiliknya. Kayaknya si orang kuat itu pake itu, deh!" Terang Mala.
"Dan loe mending gak usah deh, nonton-nonton pertunjukkan begituan lagi!" Kata gue.
"Lha, kenapa emang?"
"Ya ampun, cantik, anak pinter. Itu namanya musyrik! Gak masuk surga loe entar!"
"Kan, nonton doang?"
"Tapi Uzly, dari nonton loe bisa terpengaruh dan parahnya ikut-ikutan percaya." Mala nyimpulin.
"Tapi kalungnya keren, kayaknya limited edition!."
"Uzly..!" Gue sama Mala kompak.
"Hehehehe. Becanda. Pas loe tanya dia pake aksesoris atau gak, gue jadi keingetan ceramahnya ustadz Abdul minggu kemaren. Soal Tauhid. Tanpa kita sadari menduakan Allah tuh, hampir-hampir pernah kita lakuin.  Mendahulukan makhluk ketimbang Khaliq. Apalagi pake-pake jimat atau apa tuh, azimat. Kan berarti berharap kepada selain Allah. Dan itu gak boleh. Haram."
"Maasya Allah, Uzly..." Gue dan Mala terkesima gitu.
"Tuh, loe tahu. Tadi kenapa masih ngomong kayak tadi, kagum-kagum gitu?" Tanya gue yang dijawab Uzly dengan cengar-cengir.
"Dari pada pake azimat begituan, mending gue pake atribut lengkap. Biar gak kena hukum. Dipajang depan anak-anak satu sekolah, ya kan? Udah bel, tuh!"
"Hahahaha.."

Bel sekolah terus berbunyi nyaring mengomandokan warga sekolah untuk mengikuti upacara di lapangan. Termasuk gue, Nirmala, dan Uzly.

#Day4
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara

Komentar