Saturday Learning

Sabtu, 7 April 2018 kemarin, gue ikut forum yang diadain di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jl. Merdeka Selatan. Acara yang bernama 'Gramedia Writers and Readers Forum' ini berlangsung selama 2 hari. Sampai tanggal 8 April 2018. Didukung sama partner media lainnya, acara ini menyediakan banyak kelas. Dari kepenulisan fiksi dan non-fiksi, editing, sampai komik dan buku anak. Acara dimulai dari pukul 10.00-18.00 WIB.

Kemarin gue ikut 3 kelas. Kelas pertama di jam 10.00, lebih tepatnya sih, gue ikut jam 11.00. Telat. Dan ternyata ada ceremony terlebih dulu. Next, kelas itu namanya 'Meet With Editor'. Pas gue masuk udah cukup banyak orang duduk di sana. Gue langsung ambil duduk di barisan ke-5. Di panggung ada 6 orang editor dari beberapa penerbit. Yang bidangnya  berbeda. Ada editor fiksi, non-fiksi, sains/buku pelajaran, buku anak, juga buku dan komik terjemah. Dan satu MC di bawah panggung.

From the talk show I got some lessons, and these are the summary :
1. Loe harus berani. Berani buat maju nunjukkin karya loe.
2. Jadi co-writer itu bagus. Tapi kalo ternyata sumbangsih loe dalam karya itu hampir 80% mending loe ngeluarin karya sendiri. Karena nama penulisnya ntar bukan nama loe. Dan bayarannya juga gak akan sebesar si penulis, walaupun andil loe besar.
3. Dalam karya fiksi populer penerbit suka lihat seberapa loe berpengaruh. Kayak misalnya followers loe, trus kalo tulisan loe ada di medsos udah berapa banyak yang baca dan like. Itu bagi mereka kayak gambaran pasar gimana nanti peminat buat buku loe. Maklumlah, mereka gak mau rugi pastinya. Tapi mereka gak memporsikan kok, buat influencer berapa, buat penulis senior berapa, dan buat penulis pemula berapa. Tapi dalam karya fiksi sastra itu gak berlaku. Karena semakin langka karya itu malah makin menarik, karena gak semua orang bisa akses. Dan biasanya yang fiksi sastra gini hasil dari pemenang lomba yang diadain institusi.
4. Dalam sains/ilmu pengetahuan kepopuleran penulis gak dilihat. Yang penting isinya bagus, berguna, dan bisa dipertanggungjawabkan.
5. Untuk buku anak pun sekarang para penerbit lebih selektif. Memilih buku yang mengandung nilai moral yang baik dan memberikan pengetahuan yang sesuai dengan zaman sekarang. Si anak memang memilih tapi yang memutuskan untuk membeli adalah orang tuanya. Jadi, penulis pun harus bisa menggaet hati orang tua. Lebih baik lagi jika buku ada konten interaktif buat pembaca, seperti ada halaman khusus yang diisi oleh anak yang berkaitan dengan bab yang ia baca. Kalo yang ini gak cuma buku anak aja sih, ya, buat buku remaja atau dewasa juga bisa.
6. Kalo kamu bisa gambar yang sesuai dengan ilustrasi-ilustrasi buku, jangan ragu buat ngirim karya gambar kamu. Khususnya gambar-gambar lucu yang biasa ada di buku anak. Cause you are wanted. Hehehe.
7. Editor dan penulis adalah bestie alias sahabat baik. Walaupun terkadang pertengkaran kecil gak bisa dihindari. Tapi itu adalah bagian dari proses menuju karya yang baik. Editor pastinya menginginkan tulisan si penulis lebih baik. Dan penulis juga kalo ada keberatan-keberatan jangan ragu buat bilang. Karena bisa dimusyawarahkan sampai mencapai mufakat. Editor ini juga ikut andil banyak nih, dalam menjaga nama baik penulis.
8. Loe mau jadi editor? Jangan lupa banyak baca dan belajar mengenai kepenulisan yang baik. Bisa ambil jurusan yang khusus editor, ada. Namanya jurusan grafis apa gitu. Di politeknik. Sama sastra. Loe bisa ngelamar di penerbit kalo punya salah 1 dari 2 title itu.
9. Dukanya jadi editor paling saat ada deadline. Jadi kayak diuber-uber. Serasa dikejar-kejar waktu. Ckckck.
10. Saat memberikan saran untuk pengubahan karena typo atau alurnya mesti diubah, sebagai editor yang baik kita mesti punya alasan yang kuat saat menyampaikan ke penulis. Tapi kalo penulis gak mau, ya sudah.
11. Kematangan seorang penulis itu gak ngaruh dari usia. Tapi bisa terlihat dari naskah. Jadi walaupun loe muda, tapi udah jago nulis karena latihan udah dari lama, pede aja, tunjukkin karya loe.
12. Kesalahan penulis pemula yang sering ditemukan editor adalah di kata hubung. Kayak 'di', 'ke', 'pun' dan paragraf pertama atau pembuka. Loe harus buat paragraf pertama itu jadi nice at first impression. Kalo paragraf pertamanya aja kurang menarik, gimana mau baca sampai halaman terakhir?

Then, abis sholat dzuhur jam 13.00, gue ikut kelas 'Menggerakkan Literasi Melalui Social Media' yang diisi oleh Bernard Batubara dan Maman Suherman. Di acara yang berlangsung selama 90 menit ini, banyak juga nih, pelajaran yang didapet. Jawaban-jawaban dari kedua narasumber ini asli bikin senyum-senyum sendiri, dan berpikir 'ya, bener, tuh!'. Mereka ngebahas gimana berpengaruhnya media sosial.

📑 Kang maman sendiri sebelum bukunya terbit, dia share dulu di instagram, dia lihat gimana feedback-nya. Kalo kak Bara, dia lebih sering diskusiin buku yang lagi dia baca. "Seneng rasanya, waktu ada orang yang juga baca buku yang kita baca dan berlanjut jadi diskusi," Katanya.
📑 Gimana kita harus bijak menggunakan teknologi. Pokoknya baca dulu, teliti informasi yang loe dapet, baru deh klik 'bagikan'.
📑 Dengan teknologi kehidupan kita jadi lebih mudah. Hari ini buku loe terbit, besoknya loe udah bisa tahu respon pembaca. Dari review yang dia buat atau dari komen yang dia tulis. Meskipun tuh orang yang baca ada di ujung Sumatera.
📑 Nah, di sini loe diuji untuk berlapang dada dan gak tinggi hati. Karena pasti ada aja yang muji dan mengkritik. Ambillah kritik yang membangun dan jadikan itu pelajaran. Kalo ada yang hina? Cukup bilang terima kasih dan beri senyuman. Karena seenggaknya dia udah menyisihkan uangnya buat beli karya loe dan waktu yang dia punya buat baca buku loe.
📑 Nah, dari medsos ini juga kita bisa nih, ngajak temen-temen terutama yang influencer kayak kak Bara buat ngajak followersnya untuk mau baca. Dari sharing-sharing buku yang lagi dibaca. Kan, itu juga bikin orang terpancing buat muncul rasa pengen bacanya dia.
📑 Dalam dunia literasi, satu kalimat yang loe bikin akan memunculkan sejuta pemikiran di kepala pembaca. Loe gak bisa maksain opini loe kepada orang lain. Dan loe harus siap dengan segala respon yang diberikan.
📑 Seni bukan tentang matematika namun tentang hati. Loe gak usah takut karya loe diplagiasi orang. Karena feelnya pun akan beda. Jadi terus berkarya. Gak usah hiraukan. Terus aja kayuh sepada kreatifitas loe ke depan!
📑 Satu fakta yang bikin gue tercengang adalah menurut riset, penduduk Indonesia berkicau di twitter setiap 15 menit apa detik gitu, gue lupa.. 😆 tapi hanya membaca 5-10 buku per tahun. Jadi apa yang mereka tulis?! Simpulin sendiri aja ya.. Kabar baiknya Indonesia dalam minat baca dari 62 negara ada di nomer 61.
📑 Kalo misalnya loe sering deh tuh ya, posting status di medsos loe selama 1 tahun, bisa tuh, jadi buku. Jadi, sebenernya gimana kita punya self-control sih, dan ngejadiin hari-hari kita produktif.

Kelas yang terakhir gue ikuti di pukul 16.00 sore adalah 'Rahasia di Balik Karya' dengan pembicara Tere Liye. Wiiih... excited banget! Karena dari kelas-kelas sebelumnya yang paling gue ngeh adalah Tere Liye. Karena beberapa novelnya udah gue baca. Yang paling berkesan adalah Hafalan Shalat Delisa. Kenapa? Karena itu adalah novel pertama yang gue punya. Dan gue beli novelnya setelah baca versi e-booknya terlebih dulu. Jadi mencuri hati gitu, deh. Penampilannya santai banget sore itu. Jeans, kaos dan jaket.

Pendapat gue kalau digambarin dalam 3 kata buat kelas kemaren sama bang Tere adalah menarik, asyik, inspiratif. And these some points that i got dari apa yang disampaikan beliau...
1. Kata siapa karya Tere Liye semuanya boom alias langsung tenar dan laku? Di awal 2005-2006 bang Tere udah ngeluarin 3 buku. Dan semua gagal. Enggak laku. Di next step, 3 bukunya dirasa salah judul. Dan baru di tahun 2009 pembaca buku bang Tere meningkat. Di tahun 2009 ini juga bang Tere mulai menulis serial 'Anak-Anak Mamak' tapi kurang signifikan karena sempat terjeda 2 tahun. Di tahun 2011 mulai merambah ke genre baru dan pembacanya semakin bertambah. Jadi bukan aji mumpung ataupun kesuksesan instant yang bang Tere dapetin sekarang. Berproses dan terus belajar. Jatuh-bangun. Dan terus maju.
2. Judul itu penting. Loe tahu novel bang Tere yang judulnya 'Hafalan Shalat Delisa'? Itu pertama masuk toko buku ada di rak mana?! New arrival. Bukan. Tapi di rak tata cara shalat. Ckckck. Malah ada yang bilang gini ke bang Tere, 'baru aku tahu, bang, ada shalat sunnah lain selain shalat tahajud, shalat dhuha. Ada shalat Delisa.' Gubrakk!! Maka mulailah bang Tere ngebenahin soal judul ini di novelnya yang berjudul 'Rindu'. Udah baca? Apa isinya? So, judul is most important at first.
3. Tips dari bang Tere buat kita yang suka nulis atau malah niat pengen jadi penulis profesional :
👆 Tahan banting. Karya loe ditolak penerbit?! santai aja. Itu hal yang biasa dialami oleh para penulis. Apalagi kritikan editor. Lihat dulu, apa yang dibilang editor itu betul atau tidak. Toh, itu juga buat kebaikan kita. Karya kita jadi lebih baik. Kalo ditolak penerbit satu, masih ada penerbit lain. Mati satu, tumbuh seribu.
👆 Ciptakan waktu. Loe niat, mau jadi penulis tapi bilang gak ada waktu. It's klise. Nulis di mana aja, sob. Bang Tere nulis di mana aja, sampe nulis di atap rumah. Ckckck. Dan dia juga sering ngedit tulisannya di pesawat (dalam perjalanan).
👆 Terus belajar. Belajar dari siapa pun. Amati apa yang terjadi di sekitar loe. Explore dan tulis. Apapun bisa menjadi tulisan. Dan menariknya tulisan tergantung dari sudut pandang dan gaya bahasa penulis.
👆 Saat loe dikritik loe harus berlapang dada dan punya stok kesabaran yang banyak. Karena saat loe nunjukkin hasil karya loe, respon yang beragam akan menghampiri.
👆 Fokus aja sama menulis. Karena loe adalah penulis. Sibuk aja sama itu, gak usah hiraukan hal-hal lain yang gak ada hubungannya sama menulis. Editor ya, kerjaannya ngedit. Membetulkan di saat ada yang kurang dari tulisan. Saat karya loe gak diterima atau digantung sama penerbit, gak usah fokus-fokus amatlah di situ, lanjutin karya loe yang selanjutnya. Karena di saat loe nulis hanya karena materi, gak bakalan kepuasan batin loe dapetin.
4. Kalo kita dibilang plagiator atau karya kita diplagiasi orang. Santai aja. Karena waktu yang akan menjawab. Selama loe benar, terus maju susuri jalan loe!

FYI
_Pas awal-awal nulis bang Tere adalah seorang akuntan. Dia lulusan UI jurusan ekonomi, makanya gak sulit buat dia nulis hal-hal-hal yang berhubungan sama dunia ekonomi, kayak di novelnya yang berjudul 'Negeri Para Bedebah'.
_Serial novel yang dibuat bang Tere yang judulnya 'Bumi', 'Bulan', 'Bintang', 'Matahari', itu berangkat dari keprihatinan bang Tere terhadap bacaan anak remaja Indonesia.
_Beliau berencana untuk menulis buku bergenre horror dan detektif. Wow.. patut banget buat ditunggu!
_Dan yang fresh from the oven adalah novel berjudul 'Pulang' dan 'Pergi'. Dan di bulan-bulan tahun 2018 ini juga buku-buku bang Tere yang lain juga sudah siap buat terbit. Pastikan rak buku kamu siap ya, buat menyambut! 😆

That's all yang bisa gue bagi ke loe semua, temen-temen. Feel free to comment and share with me.. thanks 😄 salam literasi..

Komentar